Porang, salah satu jenis tanaman umbi-umbian yang kini tengah populer dibicarakan oleh masyarakat, lantaran harga jualnya yang tinggi dan termasuk salah satu produk pertanian yang bisa di ekspor.
Kualitas porang ditentukan berdasarkan kadar airnya dan porang yang mahal adalah porang yang kering atau memiliki sedikit kadar air. Harga porang basah ada pada kisaran Rp9.000 sampai Rp10.000 per kilogram, sedangkan harga porang kering ekspor ada pada kisaran Rp200.000 sampai Rp300.000 per kilogram. Sangat menjanjikan, bukan?
Selain menguntungkan karena di ekspor, porang juga memiliki banyak manfaat untuk kesehatan karena kandungan zat glukomanan yang tinggi yang sangat bermanfaat untuk mengontrol berat badan, menurunkan kolesterol, mengatasi diabetes, dan sebagai prebiotik.
Porang sendiri banyak dibudidayakan di pulau jawa karena kontur tanah dan iklimnya yang sangat cocok untuk pertumbuhannya. Untuk tumbuh dengan baik, tanaman porang membutuhkan naungan dengan kerapatan kurang lebih 40%. Umumnya, porang ditanam sebagai tanaman sela pada tanaman seperti mahoni, jati, sengon dan lainnya. Menanam porang di lahan terbuka juga bisa dilakukan, asalkan diberi naungan paranet agar cahaya sinar matahari tidak terlalu berlebihan.
Cara membudidayakan tanaman porang terbilang mudah. Berikut adalah beberapa tahapan dalam membudidayakan porang.
Persiapan benih atau bibit porang
Setidaknya terdapat tiga macam sumber benih atau bibit yang bisa digunakan.
- Bibit katak atau bulbi porang. Katak atau bulbil porang berwarna cokelat kehitaman, biasanya muncul pada tangkai dan pangkal daun. Saat panen, katak ini bisa dikumpulkan dan kemudian disimpan hingga musim penghujan tiba.
- Biji. Dalam kurun waktu 4 tahun porang akan berbunga, kemudian berubah menjadi buah. Satu tongkol buah atau umbi porang bisa menghasilkan 250 butir. Biji ini dapat digunakan sebagai bibit, namun harus disemai terlebih dahulu
- Umbi. Umbi porang yang berukuran kecil bisa diperoleh dari hasil pengurangan tanaman porang yang sudah rapat. Hasil pengurangan tanaman porang ini yang bisa dikumpulkan kemudian dimanfaatkan sebagai bibit. Sedangkan untuk umbi porang yang berukuran besar bisa dibelah dulu menjadi beberapa bagian.
Persiapan lahan
Lahan yang akan digunakan untuk budi daya dibersihkan dahulu dari gulma dan bahan pengganggu lainnya. Dilakukan pemasangan ajir dengan jarak 1×1 meter baik untuk katak maupun untuk umbi. Pembuatan lubang tanam untuk bibit yang menggunakan umbi dengan ukuran lubang sekitar 20x20x20 cm.
Selanjutnya, pemberian pupuk dasar dilakukan sebelum umbi ditanam dengan pupuk bokashi sebanyak 0,5 kg/lubang yang dicampur dengan top soil, sedangkan untuk katak, pupuk bokashi dicampur dengan tanah di sekitar pengajiran pada tanah sekitar ajir.
Penanaman porang
Tanaman porang sangat baik ditanam pada musim hujan. Bibit porang yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan posisi bakal tunas menghadap ke atas. Setiap lubang tanam diisi dengan 1 bibit porang dengan jarak tanam 1×1 meter. Setelah selesai, lubang tanam ditutup dengan tanah dan dirapikan.
Pemeliharaan porang
Perawatan tanaman porang terdiri dari beberapa tahapan yakni:
Penyiangan. Gulma yang tumbuh bersamaan dengan tanaman porang harus rutin dibersihkan agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman porang sebagai tanaman utamanya.
Meninggikan guludan. Peninggian guludan dilakukan dengan cara menimbun pangkal batang porang dengan tanah. Tujuan meninggikan guludan ini agar batang tanaman porang dapat berdiri tegak dan perkembangan umbi porang bisa lebih cepat.
Pemupukan. Dalam satu siklus tanam, dilakukan pemupukan sebanyak dua kali. Pemupukan pertama dilakukan sebelum porang ditanam. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk organik kompos yang difermentasi terlebih dahulu. Proses pemupukan kedua dilakukan saat tanaman porang sudah mulai tumbuh. Jenis pupuk yang digunakan saat proses pemupukan kedua ini bisa pupuk organik atau pupuk anorganik NPK/TSP. Tanaman porang biasanya hanya membutuhkan sedikit pupuk anorganik.
Penjarangan. Proses penjarangan ini sangat perlu dilakukan jika ada terlalu banyak tanaman porang dalam sebuah lubang. Hal tersebut bisa terjadi karena satu bibit porang bisa menghasilkan hingga 3-4 batang porang. Proses penjarangan ini perlu dilakukan agar umbi porang bisa tumbuh lebih besar.
Pengendalian OPT
Hama yang ditemukan menyerang tanaman porang adalah belalang, ulat makasar orketti, ulat umbi araechenes dan nematoda. Sedangkan penyakit umum porang adalah: busuk batang semu, layu daun oleh jamur Sclerotium sp, Rhyzoctonia sp, Cercospora sp.
Pengendalian hama dan penyakit tersebut bisa menggunakan pestisida nabati ataupun pestisida kimia yang bisa dibeli di toko pertanian.
Pemanenan
Umur panen dapat ditentukan dari jenis umbi yang digunakan. Apabila penanaman menggunakan umbi, porang bisa mulai dipanen mulai 7 bulan. Sedangkan jika menggunakan bibit katak, porang baru bisa dipanen mulai 18-24 bulan.
Umbi yang dipanen adalah umbi besar yang beratnya lebih dari 1 kg/umbi, sedangkan umbi yang masih kecil ditinggalkan untuk dipanen pada tahun berikutnya. Setelah itu, tanaman dapat dipanen setahun sekali tanpa harus menanam kembali umbinya.
Ciri-ciri porang yang siap panen adalah jika daunnya telah kering dan jatuh ke tanah. Satu pohon porang bisa menghasilkan umbi sekitar 2 kg. Setelah umbi dipanen, kemudian dibersihkan dari tanah dan akar. Umbi kemudian dipotong lalu dijemur, memotong umbi tersebut harus benar karena menentukan kualitas porang yang dihasilkan.