Secara logika, jika pepohonan saling berdekatan maka yang terjadi adalah daun dan ranting setiap pohon akan saling bersentuhan atau bahkan terlihat seperti menyatu satu sama lain. Berbeda dengan fenomena Crown Shyness, yang membuat pepohonan seolah enggan bersentuhan dan terlihat seperti menjaga jarak satu sama lain. Fenomena ini pertama kali diteliti pada tahun 1920. Dari penelitian yang dilakukan sejak saat itu, ada beberapa hipotesis (dugaan) penyebab fenomena ini terjadi :
β’ Pohon-pohon yang mengalami fenomena Crown Shyness, memiliki sifat peka untuk melindungi dirinya agar tidak tertular hama serangga. Itulah sebabnya dedaunan yang ada di cabang paling atas berusaha menahan diri agar tidak menyentuh bagian daun dari pohon yang berbeda. Seolah mereka sudah mengetahui bahaya yang akan didapatkan jika bersentuhan dengan pohon yang berhama tersebut.
β’ Saat daun di pohon yang satu dengan pohon lainnya saling menutupi disebabkan adanya pertumbuhan daun di ruang yang cukup terbatas, maka cahaya matahari akan sulit menjangkau setiap daun di pohon-pohon tersebut. Jika sudah demikian, maka proses fotosintesis tidak akan berjalan dengan maksimal. Seolah saling memiliki rasa pengertian, mereka rela menahan penjalaran daun di ruang yang terbatas. Hal demikian dimaksudkan agar pertumbuhan daunnya tidak menutupi daun yang ada di pohon lainnya.
β’ Pada tahun 1984, penelitian Tim Putz menunjukkan kalau dalam beberapa kasus, crown shyness mungkin cuma hasil dari pertempuran antara pohon yang tertiup angin. Sedangkan M.R. Jacobs menulis kalau setiap pohon tumbuh peka terhadap abrasi. Hal ini mengakibatkan kesenjangan kanopi atau crown shyness.
Tidak semua pohon mengalami fenomena ini. Dilansir dari idntimes, fenomena Crown Shyness hanya terjadi pada spesies pohon tertentu, seperti Eucalyptus, Sitka spruce, Japanese larch, Black Mangrove, dan Camphor.
Beberapa tempat yang terkenal memiliki pohon-pohon yang mengalami fenomena Crown Shyness antara lain di Kuala Lumpur, yakni di Forest Research Institute of Malaysia, serta di Argentina, yakni di Plaza San Martin (Buenos Aires).