Dalam pencatatan tahun sejarah, kita di Indonesia selalu melihat istilah SM dan M (M biasanya digunakan untuk tahun-tahun di abad pertama Masehi). Tetapi, kode-kode itu bukan satu-satunya yang dikenal dalam penanggalan sejarah. Jika kita membaca artikel-artikel dalam bahasa Inggris maka kita akan melihat penanggalan yang menggunakan kode BC, AD, BCE, dan CE. Mengetahui tentang kode-kode ini adalah salah-satu dasar untuk memahami kronologi dan tahun-tahun sejarah.
Apa bedanya kode-kode itu?
MASEHI (SM dan M)
SM adalah singkatan dari Sebelum Masehi sedangkan M adalah singkatan dari Masehi. Poinnya ada di kata “Masehi”. Kata Masehi berasal dari bahasa Arab (المسيح), yang berarti “yang membasuh,” “mengusap” atau “membelai.” (lihat pula Al-Masih). Kata ini dalam terjemahan Alkitab bahasa Arab dipakai untuk istilah bahasa Ibrani “Mesiah” atau “Mesias” yang artinya “Yang diurapi”, yang merupakan gelar untuk Yesus Kristus.
Kebalikannya, istilah Sebelum Masehi (SM) merujuk pada masa sebelum tahun tersebut. Jadi, Masehi menunjuk pada Yesus. Sebagian besar orang non-Kristen biasanya mempergunakan singkatan M dan SM ini tanpa merujuk kepada konotasi Kristen tersebut.
Di Indonesia selain penanggalan tahun Masehi yang digunakan secara resmi, secara tidak resmi masyarakat juga mengenal penanggalan tahun Hijriyah/tahun Islam dan tahun Lunar/tahun Imlek/tahun Tionghoa dan tahun Jawa.
ANNO DOMINI (BC dan AD)
AD adalah singkatan dari Anno Domini sedangkan BC adalah singkatan dari Before Christ (Sebelum Kristus). Kristus dalam akronim “BC” adalah Yesus Kristus sedangkan “Anno Domini” berasal bahasa Latin yang berarti “Tahun Tuhan Kita”. Kata “Tuhan Kita” dalam pengertian Anno Domini merujuk pada Yesus. Ini artinya penanggalan Before Christ (BC) dan Anno Domini (AD) adalah sama dengan penanggalan “Sebelum Masehi” (SM) dan “Masehi” (M).
Bedanya, SM dan M digunakan di Indonesia dan negara-negara berbahasa Melayu sedangkan BC dan AD digunakan secara luas secara internasional. Sistem penanggalan ini dikenal sebagai Penanggalan Gregorian yang merujuk pada awal tahun Masehi mulai dirancang tahun 525 dan mulai diadopsi di Eropa Barat selama abad ke-8 tetapi tidak begitu luas digunakan hingga abad ke-11 hingga ke-14. Sebelum diperkenalkannya kalender Gregorian, kalender yang digunakan di Eropa adalah kalender Julian.
Kalender ini diperkenalkan oleh Julius Caesar pada 46 SM, dan mulai berlaku pada 45 SM. Itu menjadi kalender utama di wilayah yang dikendalikan oleh Romawi. Salah satu masalah dengan kalender Julian adalah panjang tahun matahari salah perhitungan 11 menit setiap tahun. Ini berarti bahwa kalender tidak sinkron dengan musim dari waktu ke waktu.
ebih penting lagi bagi paus, perayaan Paskah, yang secara tradisional dirayakan pada tanggal 21 Maret, semakin menjauh dari titik balik musim semi setiap tahun. Paus Gregorius ingin memperbaiki masalah ini dengan mengoreksi kesalahan perhitungan dalam kalender Julian. Proyek penghitungan kalender Gregorian dimulai oleh seorang biarawan Kristen bernama Dionysius Exiguus (atau “Denis Pendek”) dan mula-mula dipergunakan untuk menghitung tanggal Paskah (Computus) berdasarkan tahun pendirian Roma. Pada tahun 1422, Portugis menjadi negara Eropa terakhir yang menerapkan sistem penanggalan ini. Setelah itu, seluruh negara di dunia mengakui dan menggunakan konvensi ini untuk mempermudah komunikasi. Penanggalan ini diadopsi oleh Indonesia setelah lama menjadi koloni beberapa bangsa Eropa.
ERA UMUM (BCE dan CE)
BCE adalah singkatan dari Before Common Era (Sebelum Era Umum) sedangkan CE adalah singkatan dari Common Era (Era Umum). Secara teknis penanggalan ini sama persis dengan penanggalan Masehi karena sama-sama menggunakan penanggalan Gregorian, hanya terminologinya saja yang berbeda. Ungkapan tersebut telah ditelusuri kembali ke 1615, ketika pertama kali muncul dalam sebuah buku oleh Johannes Kepler sebagai bahasa Latin: annus aerae nostrae vulgaris (tahun era kita bersama), dan ke 1635 dalam bahasa Inggris sebagai “Era Vulgar”.
Istilah “Era Umum” sudah dapat ditemukan dalam bahasa Inggris sejak tahun 1708, dan menjadi lebih luas digunakan pada pertengahan abad ke-19 oleh para sarjana agama Yahudi. Penanggalan ini merupakan alternatif dari penanggalan Anno Domini yang dibuat oleh Dionysius yang didasari oleh beberapa keberatan.
1) Keberatan historis
Meskipun tahun 1 dianggap sebagai tahun kelahiran Yesus, tetapi bukti-bukti historis terlalu sedikit untuk mendukung hal tersebut. Sejarawan tidak mengenal tahun 0, tahun 1 M adalah tahun pertama sistem Masehi dan tepat setahun sebelumnya adalah tahun 1 SM. Dionysius Exiguus tidak memperhitungkan tahun 0 dan yang jadi masalah dia juga tidak memperhitungkan tahun ketika kaisar Augustus memerintah Kekaisaran Romawi ketika dia membuat penanggalannya. Para ahli menanggali kelahiran Yesus dengan berbagai penanggalan yang berbeda, dari 18 SM hingga 7 SM. Secara umum disepakati kelahiran Yesus adalah pada tahun 4 SM.
2) Keberatan teologis
Non-Kristen mengubahnya karena ‘BC’ adalah singkatan dari ‘Before Christ’ dan AD adalah singkatan dari ‘anno domini’, yang berarti ‘pada tahun Tuhan kita’, sedangkan orang-orang ini tidak percaya bahwa dia adalah Kristus (artinya ‘Mesias’) atau Tuhan. Jadi sebagai gantinya, mereka menggunakan tahun yang sama tetapi mengganti sebutan menjadi BCE (Before Common Era) CE (Common Era).
Namun, dasar dari penanggalan ini gagal karena:
a) tahun-tahun masih memakai patokan Yesus Kristus
b) yang paling krusial adalah banyak orang justru menganggap BCE dan CE adalah singkatan dari “Before Christian Era” (Sebelum Era Kristen) dan “Christian Era” (Era Kristen).
Kelompok penentang awal dan yang paling utama istilah ‘Masehi’ dalam penanggalan dunia adalah kelompok Yahudi dan kelompok sekuler.
KESIMPULANNYA:
Baik SM-M, BC-AD, dan BCE-CE kesemuanya adalah penanggalan Gregorian yang memiliki perbedaan terminologi kata.
Jika melihat penanggalan-penanggalan diatas pasti timbul pertanyaan:
Mengapa penanggalan sejarah memakai patokan Yesus?
Baik yang menggunakan Masehi (Anno Domini) bahkan para pengguna Common Era tetap memakai patokan Yesus, walaupun alasan kelompok ‘Common Era’ adalah penolakan pada tokoh Yesus dalam penanggalan dunia. Patokan pada tokoh Yesus didasari oleh teologi Kristen yang dianut selama berabad-abad oleh orang-orang Eropa bahwa Yesus adalah “permulaan segala zaman”. Anggapan ini mendapat pengaruh kuat karena dalam waktu yang sangat lama sebagian besar kerajaan-kerajaan Eropa mengadopsi sistem pemerintahan teokratik (tidak ada pemisah antara negara dan agama) dan mengakui bahwa Yesus adalah “Permulaan Segala Zaman” lalu memuliakan Yesus Kristus dalam penamaan kalender. Ini membuat para pendukung dan penentang ketokohan Yesus dalam penanggalan dunia menjadikanNya sebagai patokan untuk menerapkan atau menolak ketokohanNya dalam terminologi kata penanggalan yang mereka akui.
Disusun oleh DEVY RANSUN
~copas~