//Jenis-Jenis, Keunggulan, dan Kekurangan Sistem Hidroponik

Jenis-Jenis, Keunggulan, dan Kekurangan Sistem Hidroponik

Sebenarnya ada banyak sekali jenis sistem hidroponik, yang membatasi hanya kreativitas dari sang pelaku. Tapi, di sini kami hanya akan mengulas beberapa sistem yang umum dipakai dan dipilih hidroponikers.

1. Sistem Wick

Sistem wick yaitu sistem hidroponik yang menggunakan sumbu (wick) sebagai perantara air untuk mencapai media akar. Wick bisa menggunakan apapun dg syarat mampu menyerap air dan menjadi jembatan agar nutrisi sampai ke akar tanaman.

Sistem wick bisa statis, bisa juga tersirkulasi nutrisinya.
-> Sistem Wick statis harus rajin dikobok-kobok
atau digoyang-goyang airnya agar nutrisi tdk
mengendap, oksigen tercukupi, dan bebas
jentik nyamuk.
-> Sistem Wick tersirkulasi bisa menggunakan
aerator atau pompa ventury mini.

Kata kunci : sumbu

Sistem ini biasanya banyak dipilih hidroponikers pemula karena :
Mudah, murah, dan bisa dibuat menggunakan aneka barang bekas, seperti botol bekas, gelas bekas, styrofoam, dll. (Gambar pada Foto 1).

Keunggulan : mudah pembuatan, murah bahan
baku, perawatan sederhana.
Kekurangan : utk sistem wick statis, harus rajin
digoyang-goyang airnya, kadang
pertumbuhan tanaman hanya
mencapai 80 – 85% potensinya

2. Sistem NFT (Nutrient Film Technique)

Sistem NFT yaitu sistem hidroponik dimana nutrisi yang mengalir pada sistem hanya setipis lembaran film (isinya kamera kodak jaman dulu). Benar, aliran pada sistem tipis sekali.

Kata kunci : aliran nutrisi setipis film

Perangkat yg digunakan bisa gully hidroponik, talang air yg dimodifikasi, ada juga yg menggunakan cable duck (tmp kabel), bahkan ada yg memakai paralon, jika memakai paralon, menggunakan penghubung bukan v – sock agar tdk ada air yg menggenang. (Gambar pada Foto 2)

Keunggulan : Sistem ini banyak dipilih
hidroponikers karena mudah
perawatannya (terutama saat
mencuci sistem) dan hemat
nutrisi.

Kekurangan : Rawan saat mati lampu atau di
daerah yg asupan listriknya tidak
stabil.

Harus memperhitungkan dg baik,
perbandingan panjang sistem
dengan debit air dan berapa
sumber input nutrisi yg
digunakan. Sistem yg terlalu
panjang, dg debit air kurang,
menyebabkan tanaman paling
ujung tidak maksimal
pertumbuhannya.

3. Sistem DFT (Deep Flow Technique)

Sistem DFT yaitu sistem hidroponik dimana air yg mengalir dalam sistem diatur sedemikian rupa sehingga masih tertinggal dan menggenang sebagian.

Kata kunci : nutrisi tersirkulasi menggenang

Perangkat yang biasa digunakan adalah paralon dengan penghubung v – sock, syarat v sock hulu dan hilirnya memiliki diameter yg berbeda agar ada nutrisi yg menggenang. (Gambar Foto 3)

Keunggulan : Saat mati lampu, tanaman masih
bisa bertahan selama 8 – 9 jam,
meski air tdk mengalir.

Kekurangan : Jika memilih pipa paralon kurang
dari 3 inchi, agak sulit
membersihkan sistem.

4. Sistem Rakit Apung

Sistem rakit apung yaitu sistem hidroponik yg menggunakan sistem penggenangan air dan nutrisi thd akar secara terus menerus.

Kata kunci : akar tergenang oleh nutrisi dan air terus menerus.

Sistem ini terdiri dari sebuah bak yang menampung air dan nutrisi, tinggi bak air 20 cm, tinggi air 15 cm. Tempat tumbuh tanaman menggunakan styrofoam atau benda lain yg mengapung (bisa rakit bambu) atau apapun tergantung kreativitas hidroponikers. (Gambar Foto 4)

Tahu nggak? bahkan sistem RA ini bisa dibuat hanya dg menggunakan barang2 dapur, seperti baskom bekas tahlilan.

Keunggulan : Tampungan air yg besar,
menyebabkan suhu air rendah,
sehingga akar dapat optimal
menyerap nutrisi. Meski di
dataran rendah, tanaman bisa
maksimal pertumbuhannya.

Mati lampu sama sekali bukan
kendala, sistem berhari2
kehilangan asupan listrikpun
tidak masalah.

Kekurangan : Membutuhkan ruang yang agak
lapang, karena tidak bisa secara
vertikal.

Sistem lain masih ada?
BUANYAAAKKKK … banget malah. Hanya kreativitas yg membatasi.