Pada tahun 1918, dunia bersukacita karena Perang Dunia I berakhir. Sayangnya, bentuk kematian lain bernama Flu Spanyol yang jauh lebih menyeramkan mulai merenggut nyawa manusia setelahnya. Hanya dalam waktu dua tahun, virus itu telah membunuh antara lima puluh juta hingga seratus juta orang di seluruh dunia.
Dilansir History, dikatakan kalau Flu Spanyol telah membunuh lebih banyak manusia selama dua puluh lima minggu daripada AIDS dalam dua puluh lima tahun terakhir — atau memakan korban lebih banyak selama setahun daripada Maut Hitam dalam satu abad.
Walau membunuh banyak orang, nyatanya wabah ini berhasil memberi para ilmuwan modern pandangan revolusioner pada suatu epidemi, membuka jalan bagi kemajuan besar dalam bidang kedokteran.
Selain itu, masuknya pasien dalam jumlah besar menyebabkan ledakan di bidang medis, meningkatkan gaji dokter dan mendorong banyak orang untuk menekuni profesi kedokteran (menjadi tren yang berlanjut hingga hari ini).