Ruku-ruku (Lampes/Kemangi Hutan/Holy Basil) (Latin: Ocimum tenuiflorum Linne) merupakan tanaman terna yang tergolong famili lamiaceae dan berasal dari sebagian wilayah India dan Asia Tenggara. Untuk wilayah Indonesia sendiri, tanaman ini dapat ditemui di daerah Sumatera, Sumbawa, dan sekitarnya. Tanaman ini masih berkerabat dekat, serta memiliki bentuk dan aroma yang mirip dengan daun kemangi, sehingga orang sering mengiranya sebagai daun kemangi biasa. Tanaman ruku-ruku ini juga masih satu famili dengan tanaman selasih. Tanaman ruku-ruku ini biasanya digunakan untuk masakan Minangkabau yang berupa lalapan dan gulai, serta dipercaya berkhasiat untuk penyakit darah tinggi dan jantung.
Salah satu manfaat tanaman liar ini adalah mengusir hama karena bisa diolah menjadi petisida alami yang aman untuk tanaman. Daun tanaman ruku-ruku bisa digunakan untuk mengendalikan tikus karena dapat menyebabkan penurunan bobot tubuh, menurunkan laju pertumbuhan, kehilangan berat, dan memunculkan gejala gangguan nutrisi. Efek samping tersebut disebabkan oleh kandungan tannin dan eugenol pada tanaman yang menimbulkan kerusakan pada hepar dan organ pencernaan.
Melansir dari ditjenbun.pertanian.go.id, pemberian eugenol sebanyak 400–600 mg/kg berat badan dapat menyebabkan kerusakan pada sel hepatosit tikus. Tannin berperan sebagai pertahanan tanaman terhadap hewan dengan cara memengaruhi sistem pencernaan. Hal ini karena tannin dapat mengikat protein dalam sistem pencernaan yang dibutuhkan oleh hewan untuk pertumbuhan. Dengan begitu, proses penyerapan protein di dalam sistem cerna terganggu.
Adapun kandungan metil eugenol yang dimiliki oleh tanaman ruku-ruku berfungsi sebagai atraktan yang memicu terbentuknya feromon untuk hubungan seksual lalat buah. Atraktan tersebut bermanfaat untuk mengendalikan hama lalat buah melalui tiga cara, yakni mendeteksi populasi lalat buah, menarik lalat buah ke dalam perangkap, dan mengacaukan lalat buah ketika melakukan perkawinan.
Pestisida alami yang terbuat dari ruku-ruku tidak bisa langsung membunuh hama, tetapi dapat memundurkan masa kawin lalat buah. Sebagai perangkap, metil eugenol dapat diletakkan di dalam botol mineral yang bagian dasarnya sudah diberikan air. Pemberian air berfungsi untuk mencegah lalat terbang.
Pengendalian lalat buah dengan metil eugenol dinilai ramah lingkungan karena tidak menyebabkan kontaminasi pada tanaman. Metil eugenol di dalam tanaman ruku-ruku dapat menangkap 376 ekor lalat buah, sedangkan pestisida komersial hanya bisa menangkap 105 ekor lalat buah.
Insektisida yang terbuat dari tanaman ruku-ruku juga mengandung bahan aktif eugenol yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan hama penggerek buah kakao, penggerek buah kopi, dan penggerek pucuk pada tanaman tebu.