Secara umum, racun merupakan zat padat, cair, atau gas, yang dapat mengganggu proses kehidupan sel suatu organisme. Zat racun dapat masuk ke dalam tubuh melalui jalur oral (mulut) maupun topikal (permukaan tubuh).Dalam hubungan dengan biologi, racun adalah zat yang menyebabkan luka, sakit, dan kematian organisme, biasanya dengan reaksi kimia atau aktivitas lainnya dalam skala molekul.
Bapak Toksikologi, Paracelsus, menyatakan bahwa: Segala sesuatu adalah racun dan tidak ada yang tanpa racun. Hanya dosis yang membuat sesuatu menjadi bukan racun (Dosis sola facit venenum).
Dalam Dunia Intelijen sangat dikenal Pembunuhan dengan racun yang efeknya pelan-pelan. Berikut sekedar berbagi pengetahuan :👇
- Polonium-210
Salah satu racun pernah digunakan untuk pembunuhan politik adalah polonium-210.
Unsur yang ditemukan pada 1898 oleh ilmuwan Marie dan Pierre Curie ini menjadi penyebab kematian pemimpin Palestina Yasser Arafat pada 2004. Intelijen Israel diduga kuat berada di belakang pembunuhan tersebut.
Polonium-210 juga yang merenggut nyawa Alexander Litvinenko, mantan agen Rusia yang membelot ke Inggris pada 2006. Diduga kuat, rezim Moskow berada dibalik pembunuhan Litvinenko.
Polonium-210, ketika luruh melepaskan partikel alfa yang berbahaya bagi tubuh, zat tersebut akan merasuk ke aliran darah, limpa, ginjal, dan liver serta sumsum tulang. Akibatnya, tubuh manusia seperti terkena kanker stadium akhir.
Manusia yang terpapar akan mengalami kerusakan liver dan ginjal. Setelah itu, rasa mual dan sakit kepala ekstrem pun akan mengikuti. Sang korban akan mengalami muntah, diare, dan kerontokan rambut. Kematian pun akan tiba dalam rentang waktu beragam, bisa dalam hitungan hari maupun pekan. - Sarin
Ibnu Al Khattab, pemimpin pemberontak Chechnya, yang tewas diracun zat sarin padaa 2002. Perlawanannya terhadap rezim Rusia di Moskow menjadi penyebab kematian pria bernama asli Samir Saleh Abdullah Al Suwailem ini.
Zat ini dibuat di Jerman pada tahun 1938 sebagai pestisida. Namun CDC menyatakan sarin lebih mematikan dari pestisida biasa. Zat ini ‘ampuh’ membunuh manusia apabila dicampur dalam minuman dan makanan.
Selain itu, menyemprotkan sarin ke udara juga bisa membunuh manusia. Sama seperti VX, sarin juga sulit dikenali sebagai zat berbahaya karena berupa cairan bening, tak berwarna, tak berbau dan tak memiliki rasa.
Manusia yang sudah terkena gas sarin, dalam rentang waktu beberapa detik akan mengalami sakit mata,diare, lemas, muntah dan ketidakteraturan detak jantung. Jika terkena sarin dalam jumlah besar, baik berbentuk cair maupun gas, gejalanya akan lebih dahsyat yakni lumpuh, kejang-kejang, hingga tak bisa bernapas. - Arsenik
Arsenik adalah racun yang melenyapkan nyawa aktivis HAM Munir Said Thalib pada 2004. Agen Badan Intelijen Negara diduga kuat terlibat dalam pembunuhan pendiri LSM Kontras itu.
Arsenik merupakan unsur kimia semilogam yang berbentuk bubuk putih, dan tanpa rasa serta bau. Manusia dapat terpapar arsenik melalui makanan, minuman maupun udara.
Manusia yang terkena racun ini akan menunjukkan dua kemungkinan gejala :
đź“Ś Kemungkinan pertama adalah kelumpuhan parah yang bisa terjadi dalam waktu 1-2 jam setelah konsumsi. Biasanya, kelumpuhan itu sering diiringi dengan perilaku mengigau atau ketidakwarasan.
đź“Ś Kemungkinan kedua adalah gangguan pencernaan seperti mual, muntah, sakit kepala, dan diare.
Zat arsenik dapat mematikan manusia karena merusak sistem pencernaan secara hebat sehingga menyebabkan kekacauan bagian dalam tubuh. Akibatnya, kondisi tubuh semakin menurun dan kematian pun tinggal menunggu waktu. - Botulinum Toxin (Botox)
Botulinum toxin menyebabkan botulisme, kondisi fatal jika tidak segera diobati. Ini melibatkan kelumpuhan otot, yang pada akhirnya mengarah pada kelumpuhan sistem pernafasan yang dapat berujung kematian. Bakteri masuk ke dalam tubuh melalui luka terbuka atau dengan menelan makanan yang terkontaminasi. Sekadar informasi, toksin botulinum adalah hal yang sama yang digunakan untuk suntikan Botoxâť— - Dimethylmercury
Zat yang satu ini tergolong sebagai pembunuh lambat buatan manusiaâť— Tapi justru inilah yang membuatnya lebih berbahaya. Penyerapan dosis serendah 0.1ml telah terbukti berakibat fatal. Namun, gejala keracunan baru mulai muncul setelah berbulan-bulan paparan awal, namun tetap terlambat untuk diobati.