Terdapat dua kelompok hama wereng yang umum menyerang tanaman padi, yakni wereng batang yang terdiri dari wereng coklat (Nilaparvata lugens) dan wereng punggung putih (Sogatella furcifera) serta wereng daun yang terdiri dari wereng hijau (Nephotettix spp) dan wereng loreng (Recilia dorsalis).
Dari keempat jenis wereng tersebut yang sering dilaporkan menimbulkan masalah serius pada tanaman padi adalah wereng coklat dan wereng hijau. Wereng coklat menyebabkan tanaman padi mati kekeringan dan tampak seperti terbakar (puso) sedangkan wereng hijau menyebabkan penularan virus tungro.

Untuk mengendalikan hama wereng tersebut, umumnya petani memilih menggunakan pestisida untuk mendapatkan hasil yang lebih cepat dan terihat nyata. Akan tetapi, karena banyaknya produk pestisida yang dijual di pasaran, seringkali petani menjadi bingung untuk menentukan pilihan pestisida yang paling tepat.
Oleh karenanya, sebagai pengguna aktif produk tersebut, petani terlebih dahulu harus mengetahui manfaat dari produk yang akan dibelinya, baik dalam bahan aktif, formulasi, cara kerja dan karateristik lainnya.

Sebagai referensi, berikut terdapat beberapa macam bahan aktif yang sudah terbukti efektif untuk mengendalikan hama wereng pada pertanaman padi.
Buprofezin
Buprofezin merupakan insektisida sekaligus akarisida non-sistemik yang bekerja sebagai chitin synthesis inihitor (penghambat sitesa khitin) sehingga mengganggu proses pergantian kulit pada serangga dan akhirnya menimbulkan kematian.
Imidakloprid
Insektisida ini memiliki cara kerja sistemik dan translaminar yang bekerja sebagai racun kontak dan racun perut. Insektisida jenis ini dapat diabsorbsi oleh daun, akar dan ditransportasikan secara akropetal (dari akar ke daun).
BPMC
Nama resmi dari insektisida ini adalah Fenobukarb yang di Indonesia lebih dikenal dengan BPMC (Buthyl Phenyl Methyl Carbamate). BPMC merupakan insektisida non sistemik dengan kerja utama sebagai racun kontak. Selain untuk mengendalikan wereng, BPMC juga dapat digunakan untuk mengendalikan ulat buah, thrips dan aphids.
Fipronil
Insektisida dengan bahan aktif fipronil memiliki cara kerja dengan memblok saluran klorida yang diregulasi GABA (Gama Amino Asam Butirat). Insektisida ini merupakan racun syaraf sehingga serangga yang sudah resisten dengan piretroid, siklodien, organofosfat dan karbamat dapat dipecahkan dengan senyawa ini.
Abamektin
Abamektin merupakan pestisida racun kontak dan perut serta bekerja sebagai racun syaraf yang menstimulasi GABA. Abamektin memiliki sifat sistemik tetapi juga memiliki sifat translaminar yang kuat. Pestisida ini cukup ramah terhadap lingkungan karena cepat terdegradasi secara fotokimia di lingkungan, juga abamektin terikat kuat di dalam tanah.
Selain efektif untuk mengendalikan wereng, abamektin ini juga mampu mengendalikan hama thrips, ulat kubis, penggorok daun dsb.
Kartap hidroksida
Kartap bekerja sebagai racun syaraf dan sebagai nicotinergic bloker yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada serangga sehingga serangga berhenti makan dan mati kelaparan. Kartap juga bekerja sebagai racun perut dan racun kontak. Dapat digunakan untuk mengendalikan hama penusuk-penghisap terutama lepidoptera dan lalat agromyzidae.
Dimehipo
Merupakan insektisida sistemik yang bekerja dengan racun kontak dan racun perut. Insektisida ini bersifat ovicodal terhadap kelompok telur hama penggerek batang, hama putih palsu, wereng dan golongan lepidoptera lainnya.
Klorantraniliprol dan Tiametoksam
Merupakan insektisida yang diklaim sebagai insektisida generasi terbaru yang memiliki spektrum luas untuk mengendalikan beberapa hama pada tanaman padi.
Pengendalian dengan insektisida akan sangat efektif jika dilakukan pada populasi wereng sudah di atas ambang ekonomi, yakni 5 ekor wereng per rumpun untuk tanaman padi kurang dari 40 HST atau 20 ekor per rumpun untuk tanaman padi lebih dari 40 HST.
Mana diantara berbagai bahan aktif insektisida tersebut yang paling bagus? Pilihan dikembalikan kepada petani sebagai penggunanya. Yang terpenting adalah pengaplikasian pestisida disesuaikan dengan kebutuhan dan aturan dosis penggunaan.

Sebagai saran:
- Untuk mengendalikan wereng pada tingkat populasi masih di bawah ambang ekonomi, maka bisa memulai melakukan penyemprotan tunggal menggunakan bahan aktif BPMC yang bersifat kontak atau Dimehipo yang bersifat sistemik.
- Jika pada tahap awal ditemukan telur wereng maka dapat diaplikasikan Buprofezin + Dimehipo. Hal ini untuk mengendalikan telur wereng supaya tidak menetas (efek Buprofezin) dan melindungi padi dari serangan wereng (efek sistemik Dimehipo).
- Terakhir, karena wereng hidup di bagian bawah pangkal batang dan untuk tanaman padi yang sudah berumur 40 HST biasanya penytani hanya menyemprot di bagian atas tanaman maka penggunaan insektisida yang bersifat translaminar seperti bahan aktif imidakloprid atau abamektin juga sangat dianjurkan.

Catatan:
Translaminar = sistemik lokal, memiliki daya penetrasi dalam jaringan tanaman, diserap jaringan tanaman (daun) tetapi sedikit ditransportasikan ke bagian tanaman lainnya.