Pengacara, advokat atau kuasa hukum adalah kata benda, subjek. Dalam praktik dikenal juga dengan istilah Konsultan Hukum. Dapat berarti seseorang yang melakukan atau memberikan nasihat (advis) dan pembelaan “mewakili” bagi orang lain yang berhubungan (klien) dengan penyelesaian suatu kasus hukum. Advokat dalam menjalankan profesinya tunduk pada etika profesi.
Istilah pengacara berkonotasi jasa profesi hukum yang berperan dalam suatu sengketa yang dapat diselesaikan di luar atau di dalam sidang pengadilan. Dalam profesi hukum, dikenal istilah beracara yang terkait dengan pengaturan hukum acara dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana dan Kitab Undang-undang Hukum Acara Perdata. Istilah pengacara dibedakan dengan istilah Konsultan Hukum yang kegiatannya lebih ke penyediaan jasa konsultasi hukum secara umum.
Pembelaan dilakukan oleh pengacara terhadap institusi formal (peradilan) maupun informal (diskursus), atau orang yang mendapat sertifikasi untuk memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Di Indonesia, untuk dapat menjadi seorang pengacara, seorang sarjana yang berlatar belakang Perguruan Tinggi hukum harus mengikuti pendidikan khusus dan lulus ujian profesi yang dilaksanakan oleh suatu organisasi pengacara.
Lalu apa yang membuat mereka mau membela orang yang bersalah dalam sebuah persidangan? Simak ulasannya di bawah ini
Kesalahan Faktual dan Kesalahan Hukum
Satu hal yang perlu dipahami adalah persidangan tidak menunjukkan apakah seseorang benar-benar melakukannya atau tidak. Inilah yang kita sebut kesalahan faktual, dan hal tersebut tidak pernah menjadi tujuan pengadilan.Apa yang di bahas dalam sebuah persidangan adalah kesalahan hukum: dapatkah penuntut memiliki cukup bukti untuk membuktikan tuduhan yang diajukan terhadap terdakwa?
Bukan Tugas Mereka untuk Menentukan Kesalahan
Kebanyakan dari pengacara pembela terdakwa tidak akan menanyakan apakah dia benar-benar bersalah, pekerjaan tersebut merupakan tugas dari penuntut. Penuntut melakukan segala sesuatu untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah.Tugas para pembela terdakwa adalah membela kliennya dengan kemampuan terbaik mereka dan dan melakukan semua yang mereka bisa untuk membebaskan terdakwa. Baik itu penyerangan, pencurian, atau tuduhan lainnya, tugas mereka adalah membela klien mereka dan membuktikan bahwa mereka tidak bersalah.
Terdakwa Belum Tentu Bersalah
Pada Oktober 1977, terdapat sebuah kasus pidana p*merkosaan dan perampokan yang dituduhkan kepada Lawrence McKinney. Kemudian dia dijatuhi hukuman 115 tahun penjara.Setelah 30 tahun berlalu — tepatnya pada 2009 — dilakukan tes DNA di tempat tidur korban yang mengidentifikasi tiga orang, namun dari ketiga dna tersebut, tidak ada yang cocok dengan Lawrence McKinney. Vonis yang dijatuhkan hakim dinihilkan dan ia dibebaskanBerdasarkan contoh kasus di atas, terdakwa belum tentu melakukan tindak pidana seperti apa yang dituduhkan dari jaksa penuntut umum. Inilah sebabnya mengapa sangat penting bagi pengacara pembela untuk membela klien mereka dengan “kejam”.Pada akhirnya, siapa yang benar-benar dapat mengetahui apakah seseorang bersalah? Sebagian besar waktu, tidak ada saksi, dan bukti bisa berbohong. Seorang pengacara seharusnya menjunjung tinggi pekerjaan mereka dan melakukan yang terbaik untuk membela orang tersebut karena mereka mungkin saja tidak bersalah.
Melindungi Supremasi Hukum
Melindungi supremasi hukum mungkin merupakan alasan utama mengapa pengacara membela terdakwa, apa pun yang terjadi. Jika mereka tidak melakukan itu, maka polisi yang menentukan kesalahan orang lain.Para polisi pada dasarnya akan menjadi hakim, juri, dan algojo, karena semua bukti mereka akan diterima dan dapat diterima. Tetapi ketika pengacara membela terdakwa, maka keputusan apakah terdakwa bersalah atau tidak berada pada persidangan yang ditentukan oleh hakim.