Saat ini teknik akuaponik sudah mulai digunakan banyak orang karena dinilai efektif untuk meningkatkan potensi lahan. Pasalnya, pekebun bisa memanen ikan dan sayur sekaligus dari satu lahan saja. Apalagi, saat ini teknologi pertanian semakin berkembang dengan baik sehingga kegiatan berkebun semakin mudah dan efisien. Meski dipelihara bersamaan dengan sayur, panen ikan dari instalasi juga bisa meningkat 10 kali lipat dengan teknik akuaponik bioflok.
Apa Itu Bioflok?
Bioflok sendiri berasal dari kata bios yang artinya “kehidupan” dan flok “gumpalan”. Jadi bioflok adalah kumpulan dari berbagai organisme (bakteri, jamur, algae, protozoa, cacing dll), yang tergabung dalam gumpalan (floc) (Suprapto dan Legian, 2013). Bioflok dapat terbentuk jika ada 4 komponen yaitu sumber karbon, bahan organik dari sisa pakan dan kotoran ikan, bakteri pengurai dan ketersediaan oksigen.
Terbentuknya bioflok terjadi melalui pengadukan bahan organik oleh aerasi supaya terlarut dalam kolom air untuk merangsang perkembangan bakteri heterotrof aerobik (kondisi cukup oksigen) menempel pada partikel organik, menguraikan bahan organik (mengambil C-organik), selanjutnya menyerap mineral seperti ammonia, fosfat dan nutrient lain dalam air. Sehingga bakteri yang menguntungkan akan berkembang biak dengan baik. Bakteri-bakteri ini akan membentuk konsorsium dan terjadi pembentukan flok. Hasilnya kualitas air menjadi lebih baik dan bahan organik didaur ulang menjadi flok yang dapat dimakan oleh ikan.
Estimasi Panen Ikan dan Sayuran Per 1 M2
Rata-rata sayuran dan ikan dari akuaponik dapat dipanen sebanyak 50–100 ekor ikan dan 10 kg sayuran dengan 30 pot sayur per 1 m2. Dengan teknologi akuaponik bioflok, petani bisa mendapatkan panen ikan lebih banyak. Teknik budidaya dengan bioflok sebenarnya sudah diadopsi oleh pembudidaya ikan air tawar seperti ikan lele. Prinsip dasar dari teknik budidaya ini adalah pemeliharaan ikan dengan menumbuhkan mikroorganisme.
Mikroorganisme yang sengaja ditumbuhkan berfungsi mengolah limbah budidaya menjadi gumpalan-gumpalan kecil atau flock. Gumpalan-gumpalan itu akan menjadi makanan alami bagi ikan. Pertumbuhan mikroorganisme dapat dipacu dengan memberikan probiotik dan pemasangan aerator. Mesin aerator berfungsi menyuplai kebutuhan oksigen dan mengaduk air kolam.
Berikut ini langkah-langkah mengelola akuaponik bioflok.
- Isi kolam akuaponik setinggi 80–100 cm, kemudian pada hari kedua masukkan 5 ml probiotik atau bakteri nonpatogen seperti Bacillus sp., Azotobacter sp., Pseudomonas sp per m3.
- Pada hari ke-3 tambahkan molase sebagai pakan probiotik, yakni molase 250 ml per m3.
- Pada malam hari tambahkan 150–200 gram dolomit per m3. Larutkan dolomit ke dalam segelas air, aduk, dan saring. Masukkan larutan tersebut ke kolam, kemudian diamkan selama 7–10 hari.
- Siapkan benih lele yang sudah diseleksi.
- Pakan yang akan diberikan sebaiknya difermentasikan dengan probiotik. Caranya, tambahkan 2–4 ml probiotik per kg pakan, kemudian biarkan di tempat oksigen terbatas atau secara anaerob.
- Berikan pakan secara rutin dan sesuai dengan ukuran bukaan mulut ikan. Pakan diberikan pada pagi dan sore hari. Biasanya, pakan diberikan sebanyak 3 persen dari bobot total ikan.
- Ikan perlu dipuasakan setiap satu minggu sekali untuk memaksimalkan metabolisme.
- Pada hari ke-40 petani sudah bisa memanen ikan lele sekaligus sayuran.