//Kenali Pranata Mangsa atau Teknik Penanggalan Bercocok Tanam Yang Digunakan Oleh Nenek Moyang Dahulu

Kenali Pranata Mangsa atau Teknik Penanggalan Bercocok Tanam Yang Digunakan Oleh Nenek Moyang Dahulu

Jauh sebelum mengenal teknologi pertanian, nenek moyang kita sudah mengenal teknik penanggalan dalam bercocok tanam yang umum disebut dengan pranata mangsa. Teknik ini mengajarkan kepada para petani untuk lebih sensitif terhadap perubahan alam yang sedang terjadi.

Selama ribuan tahun mereka menghafalkan pola musim, iklim dan fenomena alam lainnya seperti musim penghujan, kemarau, musim berbunga, dan letak bintang di jagat raya, serta pengaruh bulan purnama terhadap pasang surutnya air laut.

Pranata mangsa dibutuhkan pada saat itu sebagai penentuan atau patokan bila akan mengerjakan sesuatu pekerjaan. Contohnya melaksanakan usaha tani seperti bercocok tanam atau melaut sebagai nelayan, merantau, atau mungkin juga berperang. Sehingga mereka dapat mengurangi risiko dan mencegah biaya produksi tinggi.

Berikut adalah beberapa cara orang dulu dalam menghafalkan pola musim tanam dengan cara melihat tanda-tanda alam.

Tanda akhir musim kering:

  • Tanaman jenis rambat atau menjulur mulai menaiki apapun yang bisa dirambati
  • Munculnya rebung diantara tanaman bambu
  • Mata air mulai muncul dan mengisi sumber air
  • Kapuk randu mulai berbuah hijau
  • Burung-burung liar mulai membuat sarang

Kondisi seperti di atas, umumnya petani mulai memanen tanaman palawija dan mulai mempersiapkan lahan untuk menanam padi.

Tanda awal musim hujan:

  • Hujan mulai turun dengan intensitas rendah hingga tinggi
  • Pohon asam mulai bertunas atau memunculkan daun muda
  • Ulat-ulat daun dan laron mulai bermunculan
  • Tanaman temu-temuan seperti ganyong, temulawak dan yang lainnya mulai bertunas

Kondisi seperti di atas, petani mulai memperbaiki saluran irigasi dan parit, mulai menebar benih dan menyemai benih atau bahkan ada yang sudah melakukan pindah tanam.

Tanda musim hujan:

  • Larva kumbang kelapa mulai bermunculan
  • Suara jangkrik dan tonggeret mulai terdengar
  • Bunga-bunga mulai berbunga
  • Tanaman buah mulai berbuah dari mulai pentil hingga dipanen.

Kondisi seperti di atas, jika dicocokan di lahan pertanian umumnya terlihat tanaman padi mulai berbunga atau memasuki masa generatif

Tanda akhir musim hujan:

  • Hewan-hewan mulai bunting
  • Burung-burung memberikan makan anaknya
  • Buah kapuk randu mulai pecah

Kondisi seperti di atas umumnya tanaman padi mulai menguning, dan jika padinya genjah maka sudah dapat dilakukan pemanenan.

Tanda awal musim kering:

  • Suhu rendah dan terasa dingin, orang jawa mengnal istilahnya dengan mendiding
  • Terlalu dingin, tanaman mengalami frost

Di lahan pertanian, mulai ditanam jagung, palawija, nila atau kapas MT 2

Tanda musim kering:

  • Daun mulai berguguran terutama daun jati
  • Belalang masuk ke dalam tanah (sarang)
  • Tanah kering atau retak
  • Pohon randu mulai muncul tunas baru

Lantas, apakah tanda-tanda fenoma alam di atas masih bisa digunakan sebagai acuan proses bercocok tanam?

Ada dua kemungkinan.

Era seperti saat ini, sistem pranata mangsa mulai ditinggalkan oleh petani. Hal ini dipicu dengan adanya pemanasan global yang menjadi salah satu faktor primordial dalam pertanian. Pemanasan global mengubah kodrat alam menjadi menyimpang, kemarau jadi hujan, musim hujan beralih ke kemarau.

Hal ini menjadi salah satu kendala bagi petani untuk menentukan apa yang harus dilakukan dalam budidaya, menyulitkan petani untuk merunut pada pranata mangsa, menyulitkan petani mencermati alam.

Akan tetapi, jika petani masih peka dengan alam dan disertai dengan masih terlihatnya respon tanaman ataupun hewan yang ada di sekitar, maka pranata mangsa ini masih bisa digunakan. Hanya saja mungkin waktunya yang sudah berubah (bisa lebih awal ataupun justru mundur).

Sudah saatnya buku lama itu kita buka kembali, kita gali berbagai macam kearifan lokal dalam sistem budidaya, kita terapkan berbagai macam local wisdom masyarakat desa yang terbungkus apik dalam kesederhanaan dan kesahajaan pranata mangsa. Harapannya “Negara gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerta raharja, murah sandang murah pangan” benar-benar akan terwujud di bumi nusantara.